Monday, September 10, 2012

Dian Eka Bangun Rumah Berkat Kue Kering


Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Hal itu dialami oleh Dian Eka Safitri yang akrab disapa Fitri. Di bulan puasa itu, ia meraup untung melalui bisnis kue kering.
Pelanggannya banyak. sampai-sampai Fitri kewalahan menerima semua pesanan dari masyarakat. Kesuksesan ini tidak ia dapat dengan mudah. Dulu, ia harus bekerja keras demi kue-kue yang ia buat laku dan dibeli oleh masyarakat.
MODAL BERANI
Fitri lahir di Tanjungkarang, Lampung  4 September 1978. Sebagai  anak pertama dari empat bersaudara dia membantu mamanya, yang berbisnis katering dan berbagai macam kue.  Awalnya, ia merasa terpaksa melakukan semua ini. Kalau tidak membantu sang mama, ia tidak mendapat uang tambahan.
Biasanya menjelang Lebaran, bila dia berhasil menjual satu stoples kue, Fitri akan mendapat upah Rp5 ratus. Jika membantu mengadon dan membakar satu loyang kue, ia juga akan mendapat Rp2 ribu per hari. Uang-uang itu baru akan diberikan sang mama kepadanya setelah akhir bulan Ramadhan.
Selepas SMA Fitri kuliah di Institut Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan. Di sana ia menikah dengan teman sekampusnya, Dendy Eriawan (35) pada tahun 2004. Setelah lulus kuliah ia sempat bekerja selama setahun. Alasan berhenti karena ia merasa tidak enak terlalu sering meminta izin untuk mengantar sang mama berobat. Saat itu orang tuanya divonis mengidap kanker paru-paru stadium 4. Belum lagi penyakit komplikasi ginjal dan jantung akibat diabetes. Mau tidak mau, Fitri harus ada di samping mamanya setiap saat.
Di saat itulah ia terpikir untuk berbisnis. “Tapi saya bingung mau bisnis apa,” katanya. Berhubung Fitri mengundurkan diri dari perusahaan mendekati Ramadhan, tercetuslah untuk berbisnis kue kering. Ide itu diusulkan oleh mamanya. “Modal awal ditanggung oleh mama saya Rp10 juta,” katanya. Tapi, Fitri tak langsung senang dengan adanya modal itu. Ia sempat bingung. Jangan-jangan nanti modalnya tidak bisa balik? Bagaimana kalau bisnis ini merugi? Pikiran pesimis pun menghantui Fitri.
Belum lagi saya tidak punya jaringan bisnis. Mau mengandalkan teman-teman? Tidak mungkin. Teman-teman Fitri banyak di Lampung dan Bogor. Sedangkan ketika bekerja ia menetap di Jakarta. “Begitu pula dengan suami saya, ia dari Solo. Jadi, kami benar-benar bingung ketika memulai bisnis ini,” jelasnya. Sebelum benar-benar berbisnis, Fitri kembali bertanya kepada mamanya. “Kalau nanti rugi dan tidak untung, tidak apa-apa, ya?” begitu ucap Fitri kepada mamanya saat itu.
Uang pinjaman itu ia belikan oven, peralatan membuat kue, dan bahan kue. Sedangkan mixer dan blender Fitri pinjam dari mertuanya. Setiap hari Sabtu dan Minggu, Fitri diantar suami berbelanja bahan kue ke pasar menggunakan motor. Setelah kue-kue itu jadi, sang suami akan membawa contoh kue kering buatan Fitri ke kantor. “Gunanya untuk diicip-icip oleh teman kantornya,” sambung Fitri. Di luar dugaan, ternyata kue buatannya laku. Malah, bulan-bulan pertama berbisnis ia sempat menjual 500 stoples.
Jelas hasilnya sangat menguntungkan. Selesai Lebaran, Fitri langsung melunasi pinjaman modal kepda sang mama. “Itu pun masih ada sisa dan saya belikan untuk peralatan kue,” katanya. Tahun-tahun berikutnya bisnis Fitri semakin maju. Pada tahun 2011 misalnya, ia bisa menjual 7500 stoples pada bulan Ramadhan. “Kini bisnis saya sudah menginjak tahun ke-8. Rencananya Lebaran kali ini target penjualan saya 12.000 stoples,” tuturnya.
altJATUH BANGUN
Walau bisnisnya tergolong sukses, bukan berarti Fitri tak pernah merugi. Apalagi ketika awal-awal dimana ia mengerjakan semuanya sendirian, mulai dari produksi, memasarkan, hingga pembukuan. Ketika orderan semakin banyak pada tahun 2010, ia dikomplain oleh para pelanggannya karena dianggap tidak maksimal. “Padahal saya sudah capai, eh, malah dimarahi pula,” tuturnya.
Ada pengalaman yang tak bisa ia lupakan hingga saat ini. Ketika ia masih berbelanja menggunakan motor ke pasar, tiba-tiba motor yang ia tumpangi mogok di tengah jalan. Bensinnya habis. Masalah tak sampai di situ, ketika akan mengisi bensin pun Fitri harus susah payah menurunkan semua barang-barang belanjaannya. “Karena semua barang-barang itu menutupi semua motor saya. penuh, deh,” katanya.
Tak hanya itu, sesampai di rumah pun ia harus menata semua barang-barang belanja tersebut dengan rapi. Bukan apa-apa, rumah kontrakannya sempit dan tak memadai untuk memproduksi kue. Namun bukan Fitri namanya kalau harus menyerah. Kejadian-kejadian kecil itu melecut dirinya untuk semakin maju dan terus berusaha. Ada satu cara untuk memotivasi dirinya dalam berbisnisn. Ia selalu menempel di dinding gambar-gambar peralatan pembuat kue yang hendak ia beli. “Dengan begitu saya menjadi terpacu,” jelasnya.
altMENGGAPAI MIMPI
Fitri tak berhenti belajar, ia terus menggali ilmu termasuk mengikuti pelatihan Kue Kering Ekonomis yang diadakan oleh UKMKU. Ilmu yang didapat tersebut ia terapkan pada bisnis ini. Salah satunya bagaimana cara membagi tugas agar produksi kue kering bisa berjalan secara maksimal. Misalnya, suami mengurusi bagian keuangan dan pembukuan. Suami juga mengontrol kemasan produk apakah sudah rapi. Bagian perencanaan produksi dan pencatatan dilakukan oleh adik ipar Fitri.  Dengan begitu Fitri lebih fokus.
Untuk produk kue kering, para perempuan yang tinggal dekat rumahnya. Menurut Fitri, selain membuat produksi lebih cepat, cara ini sekaligus bentuk kepeduliannya dalam membangun lapangan kerja. Pada hari-hari biasa, ada sekitar sepuluh orang perempuan yang bertugas membuat kue. Mendekati Lebaran, jumlah karyawannya akan bertambah karena permintaan akan kue kering pun semakin tinggi.
Kini sudah ada 15 jenis kue yang dipasarkan di 6 distributor di Jakarta, Tangerang, Lampung, Bogor, Serpong, dan Bandung. Kue kering dengan label Palem dijual dengan harga sama di setiap kotanya. Cara ini ia lakukan agar para distributor tidak bersaing menaikkan harga. Selain itu, keunggulan lainnya adalah, produk buatan Fitri tak mengandung bahan pengawet. “Semuanya dijamin halal dan harganya pun terjangkau,” ceritanya.
Dari hasil penjualan kue kering, kini Fitri bisa membeli rumah dan mobil. “Rumah yang saya tempati ini dibangun dari hasil penjualan kue kering dua kali Lebaran,” kata Fitri dengan wajah berseri. Ke depannya Fitri akan terus mengembangkan bisnisnya. Ia berencana akan membangun toko kue agar semakin banyak menyerap karyawan. “Semoga keinginan ini cepat terwujud,” tutupnya.

Dikutip dari http://www.majalahsekar.com/dunia-usaha/profil/450-dian-eka-bangun-rumah-berkat-kue-kering

No comments: